Mengeluh Terus Kerjamu


Hari itu, ntah hari apa, aku lupa. Aku berkenalan dengan seseorang. Orang itu baik sebenarnya, hanya saja, yang tak ku sukai darinya, ia slalu berusaha mencuci otak ku untuk berpikiran sama sepertinya. Dia lebih senang mengeluh atas keringatnya dan ia selalu menjadikan uang sebagai parameter usahanya. Aku hanya mendengarkan tanpa komentar. Bagiku sudah lelah mendengarkan keluh kesahnya. Aku tak ingin bercerita tentang keluhannya, karena akan membuat mu lelah membacanya.

Dan sore harinya,ketika pulang kerja, aku bertemu sahabat ku yang sebenarnya juga belum lama ku kenal. Aku mengenalnya ketika aku bekerja disebuah perusahaan SEO. Kemudian kami langsung dekat satu sama lain. Lama tak berjumpa rasanya aku begitu merindukannya. Banyak hal yang kami share saat pertemuan itu. Aku sangat mengaguminya. Yang selama ini ku lihat, dia hanya seorang gadis berperawakan mungil dan polos. Tapi lebih dari itu, ternyata ia adalah sosok yang tegar dalam menghadapi kerasnya hidup. Kali ini kamu harus membacanya, karena ini akan membuat mu berpikir "Dengan tubuhnya yang mungil ia mampu melawan kerasnya hidup, harusnya aku bisa lebih tegar darinya tanpa perlu banyak mengeluh".

Sebut saja ia "Bunga" (kayak korban diberita2).. Dari kecil ia sudah bekerja keras. Sejak SD ia sudah mulai berdagang makanan dan itu ia teruskan hingga hari ini. Sejak SMK ia sudah bekerja membantu akunting. Dan ketika lulus SMK ia langsung diangkat jadi akuntan. Entah sampai kapan ia bekerja disana sampai akhirnya aku bertemu ia di Perusahaan SEO itu. Ia juga senang menulis novel dan cerpen. Banyak karyanya yang sudah ia coba kirimkan ke pernerbit. Namun belum satupun yang lolos. Sempat waktu itu ia masuk 5 besar dalam penulisan naskah film yang disutradarai oleh (oleh siapa ya? lupa, ga hapal nama2 sutradara film), tapi sayang karena acara penganugrahannya malam, ia tidak bisa ikut, karena takut pulang larut malam dan dikunci ibu asrama.(Andai aku sudah mengenalnya pasti akan kutawarkan rumahku untuk tempatnya pulang). Akhirnya ia tidak menghadiri acara besar tersebut, padahal jika tidak dikontrak sutradara film utama, paling tidak ia bisa dikontrak sutradara yang lain. hmm..tapi ya sudahlah, mungkin belum rejeki.

Mungkin jika kau baca sekilas, tak ada yang terlihat berat. hmm tahu kah kamu, semenjak ia punya KTP, ia sudah mulai membuka tabungan haji untuk ibunya. Otomatis ia harus membayar sejumlah uang setiap bulannya. Entah usaha apa saja yang telah ia lakukan untuk membayar tabungan haji tersebut. Padahal yang ku tahu, kerjanya hanya sebagai asisten akuntan dengan gaji yang tak seberapa, dan untuk sambilan ia hanya berdagang donat, dan berdagang apa saja yang mungkin dan halal. Ia sungguh pekerja keras yang tak pernah mengeluh. Dan hebatnya lagi ia selalu bersyukur atas apa yang ia dapatkan. Ia tak pernah menyalahkan siapapun. Jika ku tanya tentang masa depan, ia hanya tersenyum dan menjawab, "Allah selalu mencukupi ku, aku yakin Allah juga mencukupi masa depanku, tanpa perlu ku rencanakan" .(lupa narasinya, intinya begitulah)

Aku sungguh malu padanya. Tubuhku lebih besar, hidupku lebih mudah, tapi aku masih sering mengeluh. harusna aku bisa lebih tegar darinya.

0 komentar:

Post a Comment